Palembang

Ramai Sumsel : Budaya, Perempuan dan Perdamaian

Banyuasin, KabarRI.com, — Rumah Mimbar Harmonisasi (Ramai Sumsel) melanjutkan season kedua 2#Sks (Sekolah Kebhinekaan Satujam) dengan Mengangkat tema : Budaya, perempuan dan Perdamaian Selasa, 23 Maret 2021.

Isu Kebangsaan Dalam penguatan nilai-nilai pancasila Saat ini menjadi prioritas pembangunan nasional, sudah seharusnya tidak menjadi kewajiban penyelenggara Negara semata, tetapi keikutsertaan dan sinergitas bersama masyarakat khususnya generasi muda dalam ikut menggaungkan pesan-pesan perdamaian melalui budaya pancasila.

Dalam hal mewujudkan nilai toleransi, peran perempuan sangat dibutuhkan didalam lingkungan keluarga. Berdasarkan hasil survei Wahid Foundation , UN Women dan Lembaga survei indonesia mengatakan “bahwa perempuan lebih toleran”

 

Potensi perempuan menjadi agen perdamaian lebih tinggi karena kecenderungannya lebih toleran. Perempuan punya insting mengasuh (nurturing) yang membuatnya lebih peka dan bisa menjadi pendeteksi utama ketika ada masalah radikalisme dalam lingkup keluarga dan komunitas karena mereka biasanya lebih tahu dinamika yang ada di dalamnya.

 

Dalam sambutannya Imam Santoso, S.Pd. koordinator Ramai Sumsel menyampaikan dalam hal keterkaitan Budaya, Perempuan dan perdamaian, budaya meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, masyarakat dan keadilan sosial

menjadi identitas bangsa indonesia yang dikemas di dalam Nilai-nilai Pancasila, dan menjadi modal bagi kaum perempuan untuk menjadi aktor kunci dalam melawan intoleransi dan radikalisme. Karena itu, pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan agenda strategis yang perlu dilakukan dalam menguatkan toleransi dalam mewujudkan perdamaian di NKRI”.

 

Destia Wulandari, S.Psi Puteri Indonesia Sumsel Favorit 2019 sebagai pemateri mengatakan “

Dengan keberagaman budaya yang Indonesia miliki saat ini perempuan bisa menjadi agen budaya yang memiliki peran sentral dan kontribusi yang lebih dalam melestarikan budaya, bukan hanya itu perempuan juga memiliki peran yang penting untuk menegak kan perdamaian karena perempuan memiliki insting keibu-an yang secara alami dapat menciptakan perdamaian dgn cinta kepedulian dan harmoni. Jika diibarat kan budaya berada di kutub utara dan perdamaian dikutup selatan, sehingga disini perempuan menjadi jembatan untuk mewujud kan dari keberagaman budaya menjadi bangsa yang hidup berdampingan meski terdapat perbedaan itu”.

 

Dalam penyampaikan Direktur Pembudayaan BPIP Irene Camelyn Sinaga, AP., M.Pd. sebagai pemateri juga Mengatakan “Tanah Air Indonesia disebut juga Ibu Pertiwi, perempuan mungkin tidak mempunyai kekuatan seperti Laki-laki tetapi perempuan mempunyai Empati. Kedamaian hati dan lembutnya hati seorang perempuan bisa menjadi garda terdepan untuk meredam dan mencegah paham-paham radikalisme dan anti pancasila didalam lingkungan keluarga, disinilah peran perempuan harus bisa menjadi agen perdamaian”.

 

Ketua PW IPPNU Sumsel Hilda Silviana, S.H. yang juga sebagai pemateri mengatakan bahwa “walaupun budaya Indonesia ini sangat banyak ini menjadi suatu keberkahan untuk NKRI, bagaimana kita menjaga budaya dan harus kita lestarikan untuk bisa menangkal paham-paham intoleransi,radikalisme dan terorisme. Bukan menjadikan keberagaman budaya menjadi ajang perpecahan kita, tetapi jadikan ajang persaudaran untuk cinta tanah air,

Besar harapan bagi kaum perempuan untuk dapat menginspirasi, cerdas, kreatif dan inovatif dalam rangka mendukung kemajuan bangsa ini”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *