Palembang, KabarRI.com, — Kehidupan modern saat ini hampir tidak dapat dipisahkan dari dunia maya dan internet. Tapi Sayang, dunia maya dan internet acap kali digunakan untuk menyebar pesan kebencian, ajakan intoleransi, dan tindakan kekerasan.
Dengan ini Rumah Mimbar Harmonisasi (Ramai Sumsel) membuat kajian diskusi Via zoom pada Hari Jumat,12 Maret 2020 dengan mengusung Konsep 1#Sks (Sekolah Kebhinekaan Satu jam) yang bersifat berkelanjuntan.
Koordinator (Rumah Mimbar Harmonisasi) Ramai Sumsel Imam Santoso,S.Pd. mengatakan, “pada kesempatan hari ini kita mengusung tema : Meneropong Toleransi Dari Media Sosial, dengan mengangkat tema ini supaya khususnya generasi muda akan mendapatkan pemahaman cara bagaimana kita bisa menyebarkan konten-konten perdamaian dan toleransi bersama antar pemuda, untuk kita implementasikan ditengah-tengah masyarakat, dan tentunya kita terhindar dari paham-paham kekerasan yang berakibat kepada aksi terorisme,” Jelasnya.
Narasumber Pertama :
Menurut Dr.Achmad Syariffudin (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Fatah Palembang) mengatakan : Toleransi itu sikap seseorang yang mengakui adanya pluralitas agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Pada dasarnya bagaimana kita berada pada posisi mereka dan kita sebagai orang lain. Tentunya kita harus menjunjung nilai-nilai yang diajarkan agama bagaimana kita harus mempunyai rasa toleransi terhadap sesama, dan kita juga harus Tabayun kepada semua orang dan smeua yang ada dimedia sosial. Ungkapnya
Narasumber kedua :
Menurut Adbul Malik (Pusat Media Damai BNPT RI) mengatakan : Intoleransi adalah tahap awal menjadi radikal setelah itu bersikap kepada aksi terorisme, bahwa pengguna media sosial ini sangat rentan terhadap konten-konten kekerasan, yang berupa Hoaks dan ujaran kebencian, terus bagaimana untuk generasi muda cara menghadapi narasi radikal : 1. Pertahanan diri, 2. Keyakinan, 3. Perkuat Nilai Pancasila, 4. Rajin bertanya dan bercerita 5. Laporkan.
Menurutsalah satu solusi untuk mencegah orang menjadi intoleran atau radikal karena pesan-pesan di dunia maya dan internet, dengan mengisi ruang tersebut dengan pesan-pesan positif secara konsisten. Konten positif juga bisa berupa kontra-naratif, yakni upaya menghadirkan fakta-fakta atau argumentasi yang membantah kebenaran pesan-pesan negatif yang disampaikan oleh kelompok intoleran atau radikal.
Red.